Jumat, 26 Desember 2014

Pengaruh Globalisasi terhadap Indonesia dalam Lingkup Ekonomi Politik serta kaitannya dengan Teori Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme

Nama              : Ardi Helmi Putra

NIM / BP       : 1101604 / 2011
Mata Kuliah  : Ekonomi Politik Pembangunan

Pengaruh Globalisasi terhadap Indonesia dalam Lingkup Ekonomi Politik serta kaitannya dengan Teori Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme

Masyarakat Indonesia, dalam era globalisasi ini tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas perubahan (inovasi) sebagai akibat canggihnya teknologi informasi, telekomunikasi, tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada pasar bebas,serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang tinggi di berbagai bidang kehidupan. Suka atau tidak suka, mau atau tidak bangsa Indonesia harus mengikutinya jika tidak akan ketinggalan dan mungkin disebut Negara “primitif”
Globalisasi adalah suatu proses tatanan sosial yang mendunia dan tidak berbatas atau tak mengenal batas wilayah. Globalisasi  adalah suatu proses dari gagasan yang sengaja dicari dan dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme:
1.      Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat
2.      Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.      Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme:
1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah  arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya  rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2.      Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.      Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai  bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh  masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin,   karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat  menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu  kehidupan nasional bangsa.
5.      Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku   sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Berikut contoh Globalisasi di Indonesia pada sektor ekonomi:
1.      Banyaknya Supermarket
2.      Adanya jual beli online yang memungkinkan melakukan transaksi dengan orang yang jauh
3.      Terciptanya mesin-mesin canggih untuk menunjang proses produksi
4.      Adanya Ekspor dan Impor
5.      Masuknya produk luar negeri dengan mudah
6.      Terbukanya pasar bursa Internasional
Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme dalam Ekonomi Politik
A.    Liberalisme
Asumsi dasar pendekatan liberalisme ekonomi. Secara teori, sesuai yang diutarakan oleh Scott Burchill (2008) dalam bukunya Theories of International Relations, liberalisme pada dasarnya memuat asumsi dasar nilai-nilai sebagai berikut, yaitu mengunggulkan paham kebebasan individual, kebutuhan membentuk institusi untuk mengakomodasi beragam kepentingan individual supaya tidak saling berkonflik, individual mesti bebas dari intervensi pemerintah, mendukung opsi pasar kapitalisme sebagai cara terbaik untuk mencapai kesejahteraan. Liberalisme ekonomi merupakan suatu sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan produksi. Tujuan dari kepemilikan pribadi adalah untuk mendapatkan keuntungan dan efisiensi dari penggunaan kekayaan yang produktif.
Nilai liberalisme dalam perekononomian adalah perdagangan bebas, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Namun, itu hanyalah teori. Pada kenyataannya tidak ada satu negarapun di dunia yang secara murni menerapkan perdagangan bebas. Akan selalu ada campur tangan negara melalui kebijakan fiskal.
Liberalisme ekonomi menilai bahwa campur tangan pemerintah hanya akan menyebabkan terjadinya distorsi pasar yang pada akhirnya mengakibatkan alokasi sumber daya menjadi tidak efisien. Adanya intervensi pemerintah paling tidak akan merugikan kepentingan slah satu diantara dua pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, keadilan dalam kehidupan ekonomi sangat ditentukan oleh hilangnya campur tangan pemerintah secara total. Lembaga sosial atau identik dengan institusi yang paling diutamakan adalah pasar. Yang terpenting dalam ekonomi liberal adalah mekanisme pasar. Karena itu, mereka yang memiliki modal dan melibatkan diri dalam kegiatan pasar akan menentukan apa yang akan terjadi dalam proses ekonomi.
Sementara itu ekonomi liberal memandang peran negara adalah untuk melindungi hak milik dan menciptakan lingkungan yang mendukung bekerjanya pasar. Ideologi yang mendasari ilmu ekonomi liberal memiliki asumsi khas tentang hakekat manusia. Yaitu manusia dipandang semata-mata sebagai“makhluk ekonomiyang tentu saja selalu ingin memaksimalkan keuntungan.
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith sangat dipengaruhi oleh paham individualisme yang menjadi salah satu pilar dari liberalisme. Dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations, Adam Smith memandang manusia sebagai makhluk ryang rakus, egois, dan selalu ingin mementingkan dirinya sendiri. Berdasarkan keyakinan ini, liberalisme menganggap bahwa kebutuhan dan keinginan manusia itu bersifat tidak terbatas dan tidak akan pernah puas. Ada empat gagasan pokok dalam liberalisme:
1.      Diakuinya hak milik perorangan secara luas bahkan hampir tanpa batas.
2.      Pada semua individu diakui adanya motif ekonomi yang mengejar keuntungan maksimal.
3.      Adanya kebebasan untuk berkompetisi antarindividu.
4.      Adanya mekanisme pasar yang mengatur persaingan dan kebebasan tersebut. Mekanisme pasar untuk mencapai keseimbangan terjadi secara spontan dan alami, tanpa campur tangan pemerintah (the principe of invisible hands)
Ada beberapa yang akan didapatkan suatu negara bila menerapkan sistem ekonomi liberal, antara lain menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi.
B.     Merkantilisme
Nasionalisme Ekonomi atau sering disebut Merkantilisme, secara esensial merupakan filosofi ekonomi yang percaya bahwa manajemen ekonomi seharusnya menjadi bagian dari tujuan negara dalam memenuhi kepentingan nasionalnya dalam kaitan dengan kekayaan, kekuatan, dan gengsi (Griffiths et.al., 2002).
Merkantilisme tidak melihat kerjasama dengan negara-negara lain sebagai hal yang menguntungkan. Merkantilisme memiliki tujuan utama yaitu harus memaksimalkan kekayaan. Merkantilisme melihat ekonomi sebagai faktor utama untuk mencapai tujuannya tersebut. Pendek kata, Merkantilisme melihat ekonomi sebagai alat utama untuk mencapai kepentingan politik suatu negara. Merkantilisme melihat perekonomian sebagai arena yang sangat konfliktual dengan berbagai tabrakan kepentingan sehingga memilih tidak bekerjasama dalam kondisi demikian. Dan lebih memfokuskan kegiatan perekonomian untuk kepentingan diri sendiri (Isaak, 1995).
Kaum Merkantilis juga tidak mengenal istilah interdependensi atau ketergantungan sebagaimana kaum liberalisme, tetapi Merkantilisme mengenal self-determination atau menentukan nasib sendiri. Dalam kamus Merkantilis, tidak ada istilah kerjasama yang menguntungkan yang ada adalah kompetisi yang saling menjatuhkan. Kaum merkantilis menyatakan bahwa ekonomi harus tunduk pada tujuan peningkatan kekuatan negara sehingga politik mesti diposisikan di atas ekonomi (Jackson and Sorensen, 1998, p. 233).
Yang membedakan Merkantilisme dengan ideologi ekonomi lain terletak pada posisi politik yang lebih penting dan negara diatas ekonomi. Ekonomi semata-mata digunakan sebagai alat untuk meningkatkan“chances of survival”dan mencapai kepentingan nasionalnya. Merkantilisme tidak mengenal keuntungan yang mutualisme, artinya keadaan perekonomian yang tercipta selalu zero-sum dan kompetisi yang konfliktual karena berbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain.
C.    Strukturalisme
Teori strukturalisme adalah teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi suatu negara. Menurut teori ini ada 2 ketegaran (kekakuan) utama dalam perekonomian negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural perubahan atau penambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi. Inflasi seperti ini tidak bisa diobati hanya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, tetapi harus diobati dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspornya.
Sumber :

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Ardi Helmi Putra. Diberdayakan oleh Blogger.