Nama : Ardi Helmi Putra
NIM
/ BP : 1101604 / 2011
Mata
Kuliah : Ekonomi Politik Pembangunan
Pengaruh Globalisasi terhadap
Indonesia dalam Lingkup Ekonomi Politik serta kaitannya dengan Teori
Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme
Masyarakat Indonesia, dalam era globalisasi
ini tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas
perubahan (inovasi) sebagai
akibat canggihnya teknologi informasi, telekomunikasi, tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada
pasar bebas,serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang tinggi di berbagai
bidang kehidupan. Suka atau tidak suka, mau atau tidak bangsa Indonesia harus mengikutinya jika tidak akan ketinggalan
dan mungkin disebut Negara “primitif”
Globalisasi adalah suatu proses tatanan sosial
yang mendunia dan tidak berbatas atau tak mengenal batas wilayah. Globalisasi
adalah suatu proses dari gagasan yang sengaja dicari dan dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa
di seluruh dunia.
Sebagai proses, globalisasi berlangsung
melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan
waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan
komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan
seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan
dan lain- lain. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari
kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan
suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu
pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-
nilai nasionalisme:
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan
dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian
dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis
tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya
pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa
negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa
yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat
meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan
Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang
pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita
terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-
nilai nasionalisme:
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat
Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang.
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa
cinta
terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,
Pizza Hut,dll) membanjiri
di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang
lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai
kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang
tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam
globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara
yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang
menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Berikut
contoh Globalisasi di Indonesia pada sektor ekonomi:
1. Banyaknya Supermarket
2. Adanya jual beli online yang memungkinkan
melakukan transaksi dengan orang yang jauh
3. Terciptanya mesin-mesin canggih untuk
menunjang proses produksi
4. Adanya Ekspor dan Impor
5. Masuknya produk luar negeri dengan mudah
6. Terbukanya pasar bursa Internasional
Liberalisme, Merkantilisme, dan
Strukturalisme dalam Ekonomi Politik
A.
Liberalisme
Asumsi dasar pendekatan liberalisme ekonomi.
Secara teori, sesuai yang diutarakan oleh Scott Burchill (2008) dalam bukunya
Theories of International Relations, liberalisme pada dasarnya memuat asumsi
dasar nilai-nilai sebagai berikut, yaitu mengunggulkan paham kebebasan individual,
kebutuhan membentuk institusi untuk mengakomodasi beragam kepentingan
individual supaya tidak saling berkonflik, individual mesti bebas dari
intervensi pemerintah, mendukung opsi pasar kapitalisme sebagai cara terbaik
untuk mencapai kesejahteraan.
Liberalisme ekonomi merupakan suatu sistem
ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan
produksi. Tujuan dari kepemilikan pribadi adalah untuk mendapatkan keuntungan
dan efisiensi dari penggunaan kekayaan yang produktif.
Nilai liberalisme dalam perekononomian adalah
perdagangan bebas, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Namun, itu hanyalah
teori. Pada kenyataannya tidak ada satu negarapun di dunia yang secara murni
menerapkan perdagangan bebas. Akan selalu ada campur tangan negara melalui
kebijakan fiskal.
Liberalisme ekonomi menilai bahwa campur
tangan pemerintah hanya akan menyebabkan terjadinya distorsi pasar yang pada
akhirnya mengakibatkan alokasi sumber daya menjadi tidak efisien. Adanya
intervensi pemerintah paling tidak akan merugikan kepentingan slah satu
diantara dua pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Oleh karena itu,
keadilan dalam kehidupan ekonomi sangat ditentukan oleh hilangnya campur tangan
pemerintah secara total.
Lembaga sosial atau identik dengan institusi
yang paling diutamakan adalah pasar. Yang terpenting dalam ekonomi liberal
adalah mekanisme pasar. Karena itu, mereka yang memiliki modal dan melibatkan
diri dalam kegiatan pasar akan menentukan apa yang akan terjadi dalam proses
ekonomi.
Sementara itu ekonomi liberal memandang peran
negara adalah untuk melindungi hak milik dan menciptakan lingkungan yang
mendukung bekerjanya pasar.
Ideologi yang mendasari ilmu ekonomi liberal
memiliki asumsi khas tentang hakekat manusia. Yaitu manusia dipandang
semata-mata sebagai“makhluk ekonomi”yang tentu saja selalu ingin memaksimalkan
keuntungan.
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith sangat
dipengaruhi oleh paham individualisme yang menjadi salah satu pilar dari
liberalisme. Dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations, Adam Smith
memandang manusia sebagai makhluk ryang rakus, egois, dan selalu ingin
mementingkan dirinya sendiri. Berdasarkan keyakinan ini, liberalisme menganggap
bahwa kebutuhan dan keinginan manusia itu bersifat tidak terbatas dan tidak
akan pernah puas.
Ada empat gagasan pokok dalam liberalisme:
1. Diakuinya hak milik perorangan secara luas
bahkan hampir tanpa batas.
2. Pada semua individu diakui adanya motif
ekonomi yang mengejar keuntungan maksimal.
3. Adanya kebebasan untuk berkompetisi
antarindividu.
4. Adanya mekanisme pasar yang mengatur
persaingan dan kebebasan tersebut. Mekanisme pasar untuk mencapai keseimbangan
terjadi secara spontan dan alami, tanpa campur tangan pemerintah (the principe
of invisible hands)
Ada beberapa yang akan didapatkan suatu negara
bila menerapkan sistem ekonomi liberal, antara lain menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat
dalam mengatur kegiatan ekonomi.
B.
Merkantilisme
Nasionalisme Ekonomi atau sering disebut
Merkantilisme, secara esensial merupakan filosofi ekonomi
yang percaya bahwa manajemen ekonomi seharusnya menjadi bagian dari tujuan
negara dalam memenuhi kepentingan nasionalnya dalam kaitan dengan kekayaan,
kekuatan, dan gengsi (Griffiths et.al., 2002).
Merkantilisme tidak melihat kerjasama dengan
negara-negara lain sebagai hal yang menguntungkan. Merkantilisme memiliki
tujuan utama yaitu harus memaksimalkan kekayaan. Merkantilisme melihat ekonomi
sebagai faktor utama untuk mencapai tujuannya tersebut. Pendek kata, Merkantilisme
melihat ekonomi sebagai alat utama untuk mencapai kepentingan
politik suatu negara. Merkantilisme
melihat perekonomian sebagai arena yang sangat konfliktual dengan berbagai
tabrakan kepentingan sehingga memilih tidak bekerjasama dalam kondisi demikian.
Dan lebih memfokuskan kegiatan perekonomian untuk kepentingan diri sendiri
(Isaak, 1995).
Kaum Merkantilis juga tidak mengenal istilah
interdependensi atau ketergantungan sebagaimana kaum liberalisme, tetapi
Merkantilisme mengenal self-determination atau menentukan nasib sendiri. Dalam
kamus Merkantilis, tidak ada istilah kerjasama yang menguntungkan yang ada
adalah kompetisi yang saling menjatuhkan. Kaum merkantilis menyatakan bahwa
ekonomi harus tunduk pada tujuan peningkatan kekuatan negara sehingga politik
mesti diposisikan di atas ekonomi (Jackson and Sorensen, 1998, p. 233).
Yang membedakan Merkantilisme dengan ideologi
ekonomi lain terletak pada posisi politik yang lebih penting dan negara diatas
ekonomi. Ekonomi semata-mata digunakan sebagai alat untuk meningkatkan“chances
of survival”dan mencapai kepentingan nasionalnya. Merkantilisme tidak mengenal
keuntungan yang mutualisme, artinya keadaan perekonomian yang tercipta selalu
zero-sum dan kompetisi yang konfliktual karena berbagai kepentingan yang bertentangan
satu sama lain.
C.
Strukturalisme
Teori strukturalisme adalah teori inflasi jangka panjang karena
menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi suatu
negara. Menurut teori ini ada 2 ketegaran (kekakuan) utama dalam perekonomian
negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu ketegaran suplai
bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural perubahan
atau penambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan
pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan
devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga
terjadi inflasi. Inflasi seperti ini tidak bisa diobati hanya dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar, tetapi harus diobati dengan pembangunan sektor bahan
makanan dan ekspornya.
Sumber
: