Jumat, 26 Desember 2014

MANAJEMEN PERUBAHAN

MANAJEMEN PERUBAHAN
Semua organisasi merupakan bagian dari sistem sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Karakteristik masyarakat seperti itu menuntut organisasi untuk juga memiliki sifat dinamis. Tanpa dinamika yang sejalan dengan dinamika masyarakat, organisasi tidak akan survive apalagi berkembang. Ini berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Secara terus menerus organisasi harus menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Proses penyesuaian dengan lingkungan merupakan salah satu permasalahan besar yang dihadapi organisasi modern.
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan  menjadi dua, yaitu: faktor eksternal dan internal.
1.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah penyebab perubahan yang berasal dari luar sekolah atau sering disebut lingkungan. Sekolah sebagai organisasi modern menganut asas sistem terbuka. Konsekuensinya, sekolah harus responsif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dalam kenyataannya, banyak sekali penyebab perubahan yang termasuk faktor eksternal, antara lain:teknologi, pemerintah, tuntutan pasar, dan arus globalisasi.
2.      Faktor Internal
Faktor internal adalah penyebab dilakukannya perubahan yang berasal dari dalam sekolah yang bersangkutan, antara lain:
1)      Persoalan hubungan antar komponen sekolah.
2)      Persoalanterkait dengan mekanisme kerja.
3)      Persoalan keuangan.
Setiap perubahan memiliki tujuan tertentu yang dapat berupa upaya penyesuaian terhadap perubahan lingkungan (misalnya selera konsumen berubah, adanya peraturan baru yang diberlakukan pemerintah, kemajuan teknologi, dan lain-lain) dan upaya peningkatan efisiensi organisasi dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik.  Apa pun jenis tujuan yang hendak dicapai, setiap perubahan harus disiapkan dengan baik mengikuti langkah-langkah tertentu.
Tahap pertama ialah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perubahan. Tahapan ini berkenaan dengan faktor manusianya, dalam hal ini seluruh warga sekolah. Manusia  memegang posisi kunci dalam proses perubahan. Mereka dapat merupakan kunci keberhasilan tetapi sebaliknya dapat juga merupakan faktor penyebab gagalnya perubahan yang dilakukan. Oleh karena itu faktor manusianya harus terlebih dahulu disiapkan dengan baik sebelum perubahan dilaksanakan.
Tahapan berikutnya ialah mengembalikan sekolah kepada situasi yang normal kembali. Setelah perubahan dilaksanakan, berbagai aturan baru diberlakukan secara penuh, demikian juga para anggota diharapkan bersikap dan bertingkahlaku sesuai kondisi organisasi yang baru. Jika pada tahapan pertama kondisi yang sudah stabil sengaja ’dibuka’ sehingga siap menerima perubahan, maka pada tahapan yang terakhir ini kondisi yang berubah tadi ’ditutup’, agar stabil kembali.
Tahap berikutnya ialah identifikasi terhadap berbagai keterbatasan (constraints) yang dihadapi oganisasi dalam melakukan perubahan. Berbagai keterbatasan itu mencakup iklim kepemimpinan, struktur, organisasi, dan karakteristik anggota. Iklim kepemimpinan ialah suasana kerja yang ditimbulkan oleh gaya kepemimpinan seseorang.
Manusia merupakan komponen yang paling sulit diprediksi dan dalam kaitannya dengan perubahan organisasi, merupakan persoalan yang paling rumit. Orang memiliki kecenderungan menolak adanya perubahan sebab perubahan akan membawa mereka ke dalam situasi yang tidak menentu. Pada umumnya orang menginginkan situasi yang stabil sehingga cenderung mempertahankan kondisi dan kedudukan yang telah mapan.
Nadler (1983: 554-555) mengemukakan bahwa dalam upaya melaksanakan perubahan organisasi terdapat tiga problem yang dihadapi, yaitu :
a.       Resistensi atau penolakan terhadap perubahan,
Yang dimaksud resistensi terhadap perubahan ialah bahwa orang (anggota) cenderung menolak  perubahan dan berusaha mempertahankan  status dan kenyamanan kerja sebagaimana yang telah mereka peroleh sebelumnya.
b.      Pengawasan Organisasi
Dalam situasi yang normal (sebelum perubahan dilaksanakan) pengawasan mudah dilakukan sebab jalurnya sudah pasti sebagaimana tergambar pada struktur organisasi. Akan tetapi dengan adanya perubahan, situasinya menjadi lain.
c.       Kekuasaan
Pada umumnya dalam sebuah organisasi(termasuk sekolah) terdapat kelompok-kelompok informal yang memiliki ’kekuasaan’ dalam mengendalikan organisasi. Kelompok-kelompok seperti itu memiliki pengaruh yang besar terhadap pimpinan dan ikut mewarnai kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi.

Perangkap-Perangkap Teori Ketergantungan

Perangkap-Perangkap Teori Ketergantungan

            Terdapat adanya sejumlah indicator sebagai salah satu masukan penting dalam analisis timbulnya kendala pembangunan, baik karena factor internal maupun factor eksternal. Factor internal dan eksternal yang dianggap cukup potensial sebgai studi penelaahan adalah variable pengaruh dari suatu hubungan perkaitan unsure actor domestic dan internasional sebagai penyebab dan pada saatnya menimbulkan ketergantungan dan keterbelakangan. Banyak Negara yang tergantung pada bantuan luar negeri, karena sebagian besar biaya pembangunan nasionalnya bersumber dari dan luar negeri dan investasi berbagai perusahaan multinasional. Persoalan demikian terjadi akibat pola interaksi masyarakat dunia yang bersifat global tetapi tidak seimbang di antara masing-masing pihak. Dengan demikian sifat globalisasi pada aspek-aspek tertentu dapat pula mengakibatkan timbulnya bentuk-bentuk ketergantungan dan keterbelakangan di belahan-belahan dunia lainnya.

Akibat logis dan ketergantungan tersebut ialah terjadinya suatu rangkaian kebutuhan-kebutuhan internasional atau tiap-tiap Negara yang tidak dapat dipenuhi sendiri oleh Negara yang bersangkutan. Masing-masing Negara terpaksa meminta bantuan ke pihak lain sesuai dengan kebutuhan itu. Hanya saja kadang-kadang ada usaha sebagian Negara yang sengaja menciptakan ketergantungan agar Negara yang bersangkutan bebas mengamankan berbagai kepentingannya sekalipun harus mengeksploitasi Negara-negara lain. Maslah inilah yang membuat ketergantungan terus saja berlangsung tanpa batas kapan berakhirnya.

            Timbulnya ketergantungan itu biasanya disebabkan oleh beberapa factor, antara lain:
1.      Adanya kebutuhan yang harus dipenuhi, tetapi tidak dapat dipenuhi sendiri
2.      Akibat dari suatu usaha kerja sama yang bersifat berat sebelah (tidak seimbang), dan
3.      Akibat dari tindakan yang disengaja oleh salah satu pihak atau unit politik yang memiliki sumberdaya/ kapabilitas kuat untuk kepentingan-kepentingan ekonomis, politik dan strategis meskipun merugikan pihak lain.  

Suatu Negara membutuhkan ikatan-ikatan dengan Negara-negara lain untuk peningkatan kesejahteraannya. Ini juga akibat realitas-realitas dalam perdagangan internasional, ikatan-ikatan saling ketergantungan itu diciptakan sendiri sebagai suatu pilihan yang dianggap lebih baik dari pada ikatan ketergantungan. Dari beberapa teori dan konsep mengenai ketergantungan, saling ketergantungan tersebut dapat dikatan berkaitan sangat erat dengan proses pembangunan atau pertumbuhan Negara-negara.

Telaah historis juga membuktikan, bahwa situasi keterbelakangan dan ketergantungan bersumber pada hubungan antara masyarakat pusat dan pinggiran. Berdasarkan mata rantai huibungan antara pusat dan pinggiran itu, suatu ilustrasi tentang ketergantungan ekonomi mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan-hubungan di antara-kelas-kelas, Negara-negara dan perusahaan-perusahaan local dengan perusahaan-perusahaan asing, analisis-analisis kelompok-kelompok social politik local dan asing (mitra internasionalnyua). Sebagian kelas atau kelompok local mempertahankan ikatan-ikatan ketergantungan, memperkokoh kepentingan-kepentingan ekonomi dan politik asing. Sementara yang lain mencoba menentang dipertahankannya pola ketergantungan tertentu. Dengan demikian ketergantungan tidak hanya memperoleh ekspresi intern, tetapi juga memperoleh sifatnya yang sejati secara structural merupakan suatu mata rantai dengan dunia luar.

Teori ketergantungan mula-mulanya dicanangkan oleh Paul Baran yang bermula dari pengamatannya tentang terjadinya keterbelakangan ndi Negara-negara sedang berkembang. Ketergantungan ini terjadi akibat hubungan yang tidak serasi antara Negara-negara industry maju yang kaya di pusat, dengan negaranegara berkembang yang dikenal dengan nama pinggiran. Teori ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan karena menjadi titik tolak baru pemikiran-pemikiran oposisi terhadap kapitalisme. Kemudian teori ini dikatakan sebagai teori karena memiliki fungsi teori yang disebut oleh Fernando Henrique Cardoso, dalam tulisannya “The Consumption of Dependendy Theory in the Us” (1976), sebagai instrument yang bermanfaat untuk mengantisipasi tangatangan atau kendala perekonomian Amerika Latin yang dieksploitasi.

Dominasi perekonomian dunia oleh negara-negara pusat (core) dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh mereka yang pada akhirnya  justru menjadikan  negara-negara pinggiran ini semakin tergantung kepada negara pusat. Teori memberikan peringatan  bahwa interaksi antara negara maju dan miskin pada satu sisi menguntungkan tetapi disisi lain  ternyata juga membawa efek ketergantungan  yang pada masa-masa sebelumnya  belum pernah terfikir.

Teori ini juga menjelaskan kemampuan suatu perekonomian yang terbelakang  (underdeveloped) sangat susah  untuk mencapai perekonomian yang modern. Menurut teori ini  keadaan tersebut disebabkan karena adanya perangkap ketergantungan  dan  dominasi dari perekonomian yang telah maju.  Masyarakat yang berdiam di wilayah  perekonomian yang underdeveloped telah kehilangan kemandiriannya  dan menjadi kawasan pinggiran  dari wilayah-wilayah  yang telah maju  perekonomiannya. Contoh yang paling  sering dikemukakan ialah hubungan negara-negara kawasan utara dunia (negara-negara maju) dengan kawasan selatan  (negara-negara sedang berkembang). 

SUMBER
Yanuar Ikbar. 1995. Ekonomi Politik Internasional. Bandung: Angkasa.
http://2frameit.blogspot.com/2011/05/teori-ketergantungan-dependencia.html?m=1

Pengaruh Globalisasi terhadap Indonesia dalam Lingkup Ekonomi Politik serta kaitannya dengan Teori Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme

Nama              : Ardi Helmi Putra
NIM / BP       : 1101604 / 2011
Mata Kuliah  : Ekonomi Politik Pembangunan

Pengaruh Globalisasi terhadap Indonesia dalam Lingkup Ekonomi Politik serta kaitannya dengan Teori Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme

Masyarakat Indonesia, dalam era globalisasi ini tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas perubahan (inovasi) sebagai akibat canggihnya teknologi informasi, telekomunikasi, tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada pasar bebas,serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang tinggi di berbagai bidang kehidupan. Suka atau tidak suka, mau atau tidak bangsa Indonesia harus mengikutinya jika tidak akan ketinggalan dan mungkin disebut Negara “primitif”
Globalisasi adalah suatu proses tatanan sosial yang mendunia dan tidak berbatas atau tak mengenal batas wilayah. Globalisasi  adalah suatu proses dari gagasan yang sengaja dicari dan dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme:
1.      Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat
2.      Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.      Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme:
1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah  arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya  rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2.      Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.      Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai  bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh  masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin,   karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat  menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu  kehidupan nasional bangsa.
5.      Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku   sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Berikut contoh Globalisasi di Indonesia pada sektor ekonomi:
1.      Banyaknya Supermarket
2.      Adanya jual beli online yang memungkinkan melakukan transaksi dengan orang yang jauh
3.      Terciptanya mesin-mesin canggih untuk menunjang proses produksi
4.      Adanya Ekspor dan Impor
5.      Masuknya produk luar negeri dengan mudah
6.      Terbukanya pasar bursa Internasional
Liberalisme, Merkantilisme, dan Strukturalisme dalam Ekonomi Politik
A.    Liberalisme
Asumsi dasar pendekatan liberalisme ekonomi. Secara teori, sesuai yang diutarakan oleh Scott Burchill (2008) dalam bukunya Theories of International Relations, liberalisme pada dasarnya memuat asumsi dasar nilai-nilai sebagai berikut, yaitu mengunggulkan paham kebebasan individual, kebutuhan membentuk institusi untuk mengakomodasi beragam kepentingan individual supaya tidak saling berkonflik, individual mesti bebas dari intervensi pemerintah, mendukung opsi pasar kapitalisme sebagai cara terbaik untuk mencapai kesejahteraan. Liberalisme ekonomi merupakan suatu sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan produksi. Tujuan dari kepemilikan pribadi adalah untuk mendapatkan keuntungan dan efisiensi dari penggunaan kekayaan yang produktif.
Nilai liberalisme dalam perekononomian adalah perdagangan bebas, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Namun, itu hanyalah teori. Pada kenyataannya tidak ada satu negarapun di dunia yang secara murni menerapkan perdagangan bebas. Akan selalu ada campur tangan negara melalui kebijakan fiskal.
Liberalisme ekonomi menilai bahwa campur tangan pemerintah hanya akan menyebabkan terjadinya distorsi pasar yang pada akhirnya mengakibatkan alokasi sumber daya menjadi tidak efisien. Adanya intervensi pemerintah paling tidak akan merugikan kepentingan slah satu diantara dua pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, keadilan dalam kehidupan ekonomi sangat ditentukan oleh hilangnya campur tangan pemerintah secara total. Lembaga sosial atau identik dengan institusi yang paling diutamakan adalah pasar. Yang terpenting dalam ekonomi liberal adalah mekanisme pasar. Karena itu, mereka yang memiliki modal dan melibatkan diri dalam kegiatan pasar akan menentukan apa yang akan terjadi dalam proses ekonomi.
Sementara itu ekonomi liberal memandang peran negara adalah untuk melindungi hak milik dan menciptakan lingkungan yang mendukung bekerjanya pasar. Ideologi yang mendasari ilmu ekonomi liberal memiliki asumsi khas tentang hakekat manusia. Yaitu manusia dipandang semata-mata sebagai“makhluk ekonomiyang tentu saja selalu ingin memaksimalkan keuntungan.
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith sangat dipengaruhi oleh paham individualisme yang menjadi salah satu pilar dari liberalisme. Dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations, Adam Smith memandang manusia sebagai makhluk ryang rakus, egois, dan selalu ingin mementingkan dirinya sendiri. Berdasarkan keyakinan ini, liberalisme menganggap bahwa kebutuhan dan keinginan manusia itu bersifat tidak terbatas dan tidak akan pernah puas. Ada empat gagasan pokok dalam liberalisme:
1.      Diakuinya hak milik perorangan secara luas bahkan hampir tanpa batas.
2.      Pada semua individu diakui adanya motif ekonomi yang mengejar keuntungan maksimal.
3.      Adanya kebebasan untuk berkompetisi antarindividu.
4.      Adanya mekanisme pasar yang mengatur persaingan dan kebebasan tersebut. Mekanisme pasar untuk mencapai keseimbangan terjadi secara spontan dan alami, tanpa campur tangan pemerintah (the principe of invisible hands)
Ada beberapa yang akan didapatkan suatu negara bila menerapkan sistem ekonomi liberal, antara lain menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi.
B.     Merkantilisme
Nasionalisme Ekonomi atau sering disebut Merkantilisme, secara esensial merupakan filosofi ekonomi yang percaya bahwa manajemen ekonomi seharusnya menjadi bagian dari tujuan negara dalam memenuhi kepentingan nasionalnya dalam kaitan dengan kekayaan, kekuatan, dan gengsi (Griffiths et.al., 2002).
Merkantilisme tidak melihat kerjasama dengan negara-negara lain sebagai hal yang menguntungkan. Merkantilisme memiliki tujuan utama yaitu harus memaksimalkan kekayaan. Merkantilisme melihat ekonomi sebagai faktor utama untuk mencapai tujuannya tersebut. Pendek kata, Merkantilisme melihat ekonomi sebagai alat utama untuk mencapai kepentingan politik suatu negara. Merkantilisme melihat perekonomian sebagai arena yang sangat konfliktual dengan berbagai tabrakan kepentingan sehingga memilih tidak bekerjasama dalam kondisi demikian. Dan lebih memfokuskan kegiatan perekonomian untuk kepentingan diri sendiri (Isaak, 1995).
Kaum Merkantilis juga tidak mengenal istilah interdependensi atau ketergantungan sebagaimana kaum liberalisme, tetapi Merkantilisme mengenal self-determination atau menentukan nasib sendiri. Dalam kamus Merkantilis, tidak ada istilah kerjasama yang menguntungkan yang ada adalah kompetisi yang saling menjatuhkan. Kaum merkantilis menyatakan bahwa ekonomi harus tunduk pada tujuan peningkatan kekuatan negara sehingga politik mesti diposisikan di atas ekonomi (Jackson and Sorensen, 1998, p. 233).
Yang membedakan Merkantilisme dengan ideologi ekonomi lain terletak pada posisi politik yang lebih penting dan negara diatas ekonomi. Ekonomi semata-mata digunakan sebagai alat untuk meningkatkan“chances of survival”dan mencapai kepentingan nasionalnya. Merkantilisme tidak mengenal keuntungan yang mutualisme, artinya keadaan perekonomian yang tercipta selalu zero-sum dan kompetisi yang konfliktual karena berbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain.
C.    Strukturalisme
Teori strukturalisme adalah teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi suatu negara. Menurut teori ini ada 2 ketegaran (kekakuan) utama dalam perekonomian negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural perubahan atau penambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi. Inflasi seperti ini tidak bisa diobati hanya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, tetapi harus diobati dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspornya.
Sumber :

Selasa, 29 April 2014

Kepemimpinan

BAB 7
PEMIMPIN DAN KOMUNIKASI
PENGANTAR
Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi (perusahaan, kesatuan, jawatan, dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun yang informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara horizontal maupun secara vertikal, ke atas dan ke bawah.
Komunikasi ialah arus informasi dan emosi-emosi yang terdapat dalam masyarakat yang berlangsung secara vertikal (atas-bawah, vice-versa) maupun secara horizontal. Dapat berarti pula perhubungan atau persambungan wahana / sarana-sarana.
Teknik komunikasi ialah tata cara hubungan yang efisien baik melalui penggunaan alat-alat komunikasi maupun tidak dengan semua unsur yang saling melibatkan diri dalam satu unit sosial. Dalam teknik komunikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Manfaat komunikasi (khususnya bagi satu organisasi)
Menghubungkan semua unsur yang melakukan interelasi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antarsesama.
Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional yang efisien.
Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut memilki, serta sense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari satu kelompok.
Memunculkan saling pngertian dan saling menghargai tugas masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan espirit de corps semangat korps).
Arus komunikasi, ialah penyaluran segenap informasi, emosi, dan keinginan yang menyangkut semua unsur, tugas pekerjaan, dan relasi-relasi pribadi atau personal. Arus komunikasi ditujukan pada:
Penyampaian berita atau pengetahuan mengenai komando, rencana, pelaksanaan, faktor-faktor penunjang, dan penghambat tugas pekerjaan dan supervisi.
Mengantar informasi mengenai pendapat, perasaan atau emosi-emosi, kehendal, hasrat, dan aspirasi seluruh anggota, dari staf pimpinan sampai bawahan, vise versa. Timbullah arus emosi-emosi atau flow of emotions.
Arus informasi dan emosi ini bisa berlangsung sebagai berikut:
Vertikal (arus vertikal) dari atas ke bawah, dari bawah ke atas
Horizontal (arus horizontal), yaitu interelasi di antara eselon-eselon yang sederajat
Kombinasi vertikal-horizontal, yaitu antarrelasi di antara semua unsur di dalam organisasi
Kualitas arus ini dapat dibagi pula atas:
Cepat atau lambat arusnya
Lama atau tidak lama berlangsungnya arus komunikasi
Kuat atau lemahnya arus komunikasi
Kebijakan komunikasi (diterapkan demi peningkatan arus komunikasi), meliputi:
Hierarki nilai dan pentingnya informasi.
Informasi parsial atau bagian demi bagian.
Informasi dengan penjelasan sampai detail-detailnya, atau informasi secara garis besar saja.
Perlu diperhatikan alasan dan tujuan-tujuan khusus dari komunikasi.
Jaringan-jaringan informasi perlu ditegakkan, agar arus informasi tersalur samp[ai kepada semua sasaran yang dituju.
Jalur supervisi dan kontrol yang melembaga.
Pemanfaatan jalur-jalur tidak resmi.
Tipe dan persyaratan komunikasi.
Bentuk-bentuk komunikasi.
TIPE DAN PERSYARATAN KOMUNIKASI
Syarat-syarat komunikasi yang memungkinkan atau bersifat permisif, yaitu:
Dalam suasana yang bebas, gembira, tanpa tekanan-tekanan tertentu, pemimpin menerima individu lain tanpa prasangka dan dengan lapang dada.
Pemimpin menghargai kelebihan orang lain dan memahami serta memaafkan kelemahan masing-masing orang.
Ia bersedia mendengar pendapat orang lain tanpa penilaian dan prasangka-prasangka tertentu dan mampu ikut merasakan kehidupan orang lain.
Tipe atau bentuk-bentuk komunikasi. Leonard R. Sayles dan George Strauss, dalam bukunya “Human Behaviour in OrganizationI” mengemukakan beberapa tipe komunikasi, sebagai berikut:














Tipe lain ialah:
Komunikasi searah, dan
Komunikasi dua arah
Selanjutnya, keberhasilan kepemimpinan itu bergantung pada kemampuan pemimpin menjabarkan kebijakan organisasi dan ide-ide sendiri ke dalam pengertian-pengertian praktis, yang bisa dipahami dan dapat dilaksanakan oleh para pengikut dan bawahannya. Maka ada dua bentuk komunikasi dalam kepemimpinan organisasi, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Keuntungan dari komunikasi searah, antara lain:
Dapat berlangsung cepat dan efisien, berlangsung top-down.
Dapat melindungi pemimpin, sehingga orang atau para pengikut tidak dapat melihat dan menilai kesalahan-kesalahan dan kelemahan pemimpin.
Kepemimpinannya bersifat otoriter.
Dapat menimbulkan ketidakjelasan, salah paham, penafsiran yang keliru, sentimen, dan banyak ketegangan.
Selanjutnya, keuntungan dari komunikasi dua arah, antara lain:
Semua perintah dapat diterima dengan lebih akurat, karena dapat ditanyakan dan didiskusikan apabila pesan-pesan yang diberikan kurang dapat dimengerti.
Bisa dikurangi salah paham dan salah interpretasi.
Suasananya lebih demokratis.
Sebaliknya, kelemahan dari komunikasi dua arah, antara lain:
Komunikasi dan kepatuhan berlangsung lebih lambat.
Kemungkinan besar muncul sikap “menyerang” pada pengikut/anak buah dan terdapat sikap bertahan pada diri pemimpin.
Setiap saat bisa timbul masalah-masalah baru yang tidak terduga dengan adanya dialog terbuka.
Komunikasi yang tidak lancar dapat menimbulkan banyak dampak buruk, antara lain:
Timbulnya sentimen-sentimen, prasangka-prasangka, dan ketegangan-ketegangan di kalangan para anggota organisasi.
Memunculkan konflik-konflik di antara bermacam-macam tingkatan dalam organisasi garis atau organisasi model piramida.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka aktivitas pengambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam manajemen, namun juga merupakan usaha yang paling penting bagi pimpinan. Dalam pengambilan keputusan tersebut tercakup kemahiran menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternatif jawaban atau pemecahan masalah. Selanjutnya karena dibebani oleh tanggung jawab etis, maka mrupakan tugas yang cukup berat untuk memastikan satu keputusan ditengah situasi yang tidak menentu, yang belum dikenal sebelumnya, atau yang sering muncul dngan mendadak.
H. A. Simon dalam bukunya Administrative bhaviour 1947, mengemukakan tiga proses dalam pngambilan keputusan, yaitu:
Intelegence activity, yaitu pross penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan yang inteligent.
Design activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan menganalisis kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut, jadi ada perencanaan pola kegiatan
Choice activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatif atau kemungkinan pemecahan.
Untuk sampai pada satu keputusan, manusia menggunakan nam cara, yaitu:
Memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Memohon restu dan petunjuk dari orang-orang bijaksana.
Mendasarkan diri pada firasat dan intuisi sendiri.
Menggunakan akal sehat atau common sense.
Melandaskan diri pada daya pikir yang logis.
Menggunakan cara-cara penyelesaian ilmiah.
Enam cara ini diterapkan secara tunggal murni, akan tetapi sringkali orang menggunakan kombinasi dari beberapa atau keenam cara tersebut. Bagan pengambilan keputusan itu dapat digambarkan sebagai berikut:

















KETERAMPILAN BERDISKUSI
Kemampuan berdiskusi dengan baik merupakan salah satu persyaratan yang mutlak perlu bagi setiap unsur pimpinan. Sebab, diskusi merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan atasan, semua kolga, dan bawahan, untuk memecahkan permasalahan.
Manfaat diskusi ialah:
Karena luasnya materi dan persoalan yang harus dihadapi, diskusi dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan, perincian masalah, memperlebar sudut pandang dan ruang lingkup permasalahn serta memperluas cakrawala kemungkinan-kemungkinan pemecahan.
Ada pendekatan multidisipliner, multidimensional, berpikir secara kooperatif, dan akumulasi dari ide-ide yang konstruktif, disertai kejernihan pengertian dan kejelasan yang lebih gamblang.
Melalui diskusi, orang dapat meningkatkan proses pengendapan permasalahan ada proses internalisasi. Juga terdapat refleksi atau perenungan pemikiran kembali berdasarkan wawasan baru segala sesuatu yang pernah didengar, dilihat, dan dipahami sebelumnya.
Pembentukan kepribadian menjadi lebih kaya dan lebih matang.
Tujuan berdiskusi ialah:
Untuk memikirkan beberapa alternatif kemungkinan pemecahan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Untuk mendapatkan informasi dan data selengkap mungkin dan memikirkan cara penyelesaian masalah seefisien mungkin.
Sehubungan dengan semua itu, pelaksanaan diskusi harus berlangsung dengan tertib, teratur, crmat, disertai kebersamaan dan partisipasi berpikir, untuk memprjelas dan memecahkan masalah.














BAB 8
REKAPITULASI TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
PENGANTAR
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. Maka pemimpin itu harus mahir mlaksanakan kepemimpinannya jika dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya.
Pemimpin juga harus mengenal dengan baik sifat-sifat pribadi para pengikutnya dan mampu menggerakkan semua potensi dan tenaga anak buahnya seoptimal mungkin dalam setiap gerak usaha demi suksesnya organisasi. Juga bisa mengembangkan dan memajukan penganutnya menuju pada progres dan kesejahteraan. Dngan begitu anak buah akan menjadi patuh dan secara sukarela serta sadar bersedia bekerja keras menggapai sasaran-sasaran yang sudah ditentukan. Bila perlu bersedia mengorbankan harta benda, raga, dan nyawa sekalipun demi mencapai kebahagiaan bersama.
REKAPITULASI TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
Rekapitulasi dari tugas-tugas pemimpin yang bisa dibedakan dari tugas anggota biasa ialah sebagai berikut:
Dalam perurutan waktu yang relatif menjadi semakin pendek, kualitas pekerja dan juga pemimpin mengandung banyak sekali dimensi inovasi dan perubahan-perubahan serba cepat yang menjadi semakin dipercepat pada zaman modern.
Pemimpin harus mampu menyusun kebijakan yang bijaksana dan mampu mengadakan seleksi secara cermat tepat dari banyak alternatif, jadi memiliki kemampuan penentuan keputusan yang tepat.
Jika tugas anggota lebih banyak statis, lebih banyak pasif dan patuh mengikuti, maka tugas pemimpin sifatnya dinamis, kreatif, inovatif, unik, lentur, luwes, dan tidak banyak dibatasi oleh standar serta norma-norma ketat.
Pemimpin harus bisa menerjemahkan atau menjabarkan ide-ide, konsep, dan kebijakan organisasi dalam bahasa aksi, yaitu dalam bentuk perintah, komando, dan instruksi-instruksi yang jelas, sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan oelh segenap anggota kelompok.
Pada struktur piramida, pemimpin tertinggi mempunyai kewibawaan tertinggi, kekuasaan paling besar, dan pertanggungjawaban yang paling berat, sekaligus memikul resiko yang paling besar.
Pemimpin harus sanggup berpikir kreatif, orisinil, otentik, dan futuristik. Dia akan banyak menyadarkan aktivitasnya pada daya imaginasi sendiri sehingga dia bisa kreatif.
Disamping memiliki kekuasaan dan kewibawaan, pemimpin harus mampu membangun sikap kooperatif dan partisipatif pada setiap pngikutnya, agar mereka bersedia memberikan kontribusi sebesar-besarnya kepada organisasi.
Oleh kekuasaan dan kewibawaannya, pemimpin juga berfungsi sebagai juri dan hakim bagi segala konvensi dan permainan organisasi. Karena itu dia memikul tanggung jawab moril yang lebih besar dari pada anggota biasa, agar dia mampu menjamin proses humanisasi dan keadilan dalam organisasi.
Seni kpemimpinan juga mencakup keseimbangan antara pelaksanaan tugas-tugas rutin dengan kegiatan-kegiatan inovatif dan kreatif dalam wujud penerapan sistem kerja baru, perbaikan, dan revisi.
Tugas pemimpin yang paling sulit ialah pengambilan keputusan, yang memungkinkan berlangsungnya semua kerangka kerja secara efektif dan efisien. Sekaligus juga menyambung empat fungsi manajerial, yaitu merencanakan, mengorganisir, menuntun, dan menilai atau memberikan evaluasi.
Tugas kepemimpinan merupakan tugas yang berat, karena dibebani tanggung jawab etis/moril untuk memutuskan satu seleksi dan keputusan di tengah-tengah macam-macam peristiwa yang tidak pasti, belum dikenal, dan muncul secara mendadak atau secara tidak terduga-duga.
Sehubung dengan semua itu, unsur pertentangan dan posisi menjadi persyaratan yang tidak dapat ditiadakan dalam masyarakat modern melalui konflik-konflik interorganisasi dan antarorganisasi yang harus dapat diselesaikan lewat manajemen konflik oleh pemimpin.
Dengan begitu kpemimpinan merupakan segmen/bagian penting dari organisasi dalam mana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi-fungsi yang berbeda yang harus dilaksanakan secara serentak dan serasi. Jadi ada perbedaan peranan atau tugas bagi stiap individu dalam organisasi yang menentukan adanya kepemimpinan.

BAB 9
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DETERMINAN DAN KEKUATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMIMPINAN
PENGANTAR
Usaha serentak dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan bersama, disebut manajemen. Maka manusia modern dengan segala macam aktivitas kooperatif yang terencana itu sangat berkepentingan dengan manajemen. Selanjutnya setiap manajemen membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan. Tanpa hal ini, organisasi dan manajemen jadi kacau dan tujuan tidak akan tercapai. Manajemen adalah inti dari administrasi, sedangkan kepemimpinan adalah inti dari manajemen. Analog dengan ini, kepemimpinan merupakan inti baik dari manajemen maupun dari administrasi yang dikelola oleh manusia.
MANAJEMEN DAN PEMIMPIN
Susunan hubungan antara individu, organisasi, manajemen, dan pemimpin adalah sebagai berikut:
Beberapa orang berkumpul dan saling berkomunikasi.
Mereka mengikatkan diri dalam suatu organisasi untuk saling membantu dan melakukan usaha kooperatif guna mencapai suatu tujuan atau sasaran tertentu.
Organisasi ini dibantu dan dilengkapi dengan bermacam-macam sumber dan sarana.
Berlangsunglah proses kegiatan kerja sama. Karena itu diperlukan kegiatan manajemen.
Berlangsung ketertiban dalam organisasi, pengaturan/regulasi tugas-tugas dan cara kerja. Maka usaha mengatur dan mengurus semua sumber daya manusia dan sumber materiil itu disebut manajemen.
Pengorganisasian dan manajemen dari semua sumber agar berdayaguna dan berhasil dalam pencapaian sasaran, disebut sebagai administrasi, yang dilakukan dengan pengarahan dan pimpinan.
Agar kelompok tetap bekerja teratur dan berlangsung pengarahan serta pimpinan, perlu adanya pimpinan dan kepemimpinan.
Pemimpin dan kepemimpinan berkaitan erat dengan usahamanajemen bahkan menjadi unsur inti dari organisasi, manajemen, dan administrasi. Pada umumnya, pengertian manajemen itu lebih diperjels dengan bermacam-macam fungsi manajemen. G. R. Terry misalnya, berpendapat bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi empat peristiwa yang disingkat dengan POAC, yaitu:
Planning (perncanaan), adalah kegiatan menentukan sebelumnya sasaran yang ingin dicapai dan memikirkan cara serta sarana-sarana pencapaiannya.
Organizing (pengorganisasian), adalah pengurusan semua sumber dan tenaga yang ada dengan landasan konsepsi yang tepat dan penentuan masing-masing fungsi (persyaratan tugas, tata kerja, tanggung jawab, dan antarrelasi dari fungsi-fungsi), sehingga merupakan satu totalitas sistem, di mana bagian yang satu menunjang dan bergantung pada lainnya.
Actuating (penggerakan, aktualisasi), adalah kegiatan penggerakan, pengendalian semua sumber dalam usaha pencapaian sasaran. Merupakan penyatuan semua usaha dan penciptaan kerja sama sehingga tujuan dapat dicapai dengan lancar dan lebih efisien.
Control (pengawasan), adalah kegiatan yang dilaksanakan agar para pengikut dapat bekerja sama dengan baik ke arah pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan umum organisasi. Pengawasan dilakukan untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghindari penyimpangan-penyimpangan jika perlu segera melakukan tindakan-tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Funsi manajemen lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi atau penilaian. Penilaian adalah peninjauan kembali dan pengontrolan tugas agar semua tugas berlangsung dengan tepat sesuai dengan norma dan standar yang sudah digariskan dalam perencanaan.
DETERMINAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMIMPINAN
Agar kepemimpinan menjadi operasional, perlu ada tiga determinan kepemimpinan, yaitu:
Faktor Orang atau Pribadi
Konsepsi kepemimpinan pada umumnya memusatkan perhatian kepada kepribadian pemimpin dengan kualitas-kualitas yang unggul. Beberapa abad yang lalu orang beranggapan, bahwa raja-raja dan kaum bangsawan memilki hak mutlak untuk menjadi penguasa. Dengan begitu kepemimpinan mereka merupakan “hak waris”. Juga teori orang besar dengan sifat-sifat unggulnya, pada masa sekarang sudah tidak banyak dianut orang. Sebab, berdasarkan pengalaman, kemudian ternyata bahwa individu itu justru memilki sifat-sifat pribadi yang membantu atau justru yang menghalang-halangi tugasnya sebagai pemimpin.
Faktor Posisi
Seorang pemimpin itu tidak pernah bekerja dalam ruang vakum, akan tetapi dia selalu ada dalam suatu lingkungan sosial. Jadi ia mempunyai satu posisi atau kedudukan sehubungan dengan fungsi dan tugas atau pekerjaannya. Selanjutnya individu pemimpin selalu memilki semacam citra atau gambaran mengenai perilaku sendiri, yaitu hal-hal yang harus dilakukan dalam posisi tertentu. Citra atau gambaran sedemikian ini disebut “konsep peranan”.
Faktor Situasi/Tempat
Situasi khusus selalul membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus pula. Sifat-sifat pemimpinnya yang harus sesuai atau pas dengan kebutuhan kelompok yang bersangkutan dan cocok dengan situasi, tempat, serta zamannya.
Selanjutnya setiap pemimpin dengan kelebihan, kekuasaan, dan kewibawaannya itu selalu memiliki kekuatan. John French dan Bertram Raven mengemukakan suatu krangka kekuatan berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan, yaitu:
Kekuatan (coersive power)
Dalam hal ini pemimpin yang bersangkutan mengandalkan kekuasaan pribadinya untuk memaksakan keinginan kepada para pengikutnya.
Kekuatan via pemberian penghargaan (reward power)
Para pengikutyang bertingkah laku sesuai dengan norma-norma dan keinginan pemimpin, diberi penghargaan dalam wujud material atau nonmaterial tertentu.
Kekuatan karena pengesahan (legitimate power)
Kekuatan ini diperoleh melalui posisi “supervisor” di dalam organisasi yang bersangkutan. Legitimasi atau pengesahan disebabkan oleh posisinya yang sah.
Kekuatan olh pemilikan suatu keahlian (expert power)
Kekuatan ini muncul karena pemimpin memilki keterampilan teknis dan sosial, pengetahuan, pengalaman, dan kahlian khusus.
Kekuatan karenapenyamanan diri dengan orang yang di kagumi (identification power)
Kekuatan ini didasarkan atas dorongan identifikasi atau keinginan penyamaan diri dari para pengikut dengan pemimpin yang dikagumi dan dihargainya.
Ketiga macam kekuatan yang disebutkan paling dahulu merupakan kekuatan yang dikaitkan dengan faktor-faktor organisatoris. Sedangkan kedua macam kekuatan terakhir dikaitkan dengan faktor individual.
KONSEP MANAJEMEN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Pemimpin dan kepemimpinan adalah inti dari manajemen (dan administrasi). Maka pemimpin dan kepemimpinan yang tepat untuk kodisi di tanah air kita akan erat berkaitan dengan Konsep Manajemen Indonesia yang cocok dengan situasi kondisi di Indonesia. Inti manajemen adalah koordinasi sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber tenaga alam seproduktif mungkin demi kesejahteraan hidup bersama. Dalam upaya sedemikian itu manajer sebagai pemimpin bertugas untuk mengendalikan dan memimpin organisasi dengan segala kegiatannya, dan memakai saran serta metode kerja paling tepat dengan prosedur yang paling efisien.
Untuk mencerdaskan sumber daya manusianya dan untuk mengolah sumber daya alam, Indonesia memang tidak mnolak sistem pendidikan dan teknologi mutakhir dari barat. Namun yang menjadi pertimbangan selanjutnya ialah pengaruh-pengaruh barat itu jangan sampai mnghapus nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan tidak mengorbankan jati diri bangsa kita sendiri. Karena itu diperlukan manajemen pembangunan yang sesuai dengan kondisi ekologis tanah air dan pas dengan politik serta ideologi ngara kita, juga cocok dengan way of life (cara hidup) bangsa Indonesia.
Kondisi tanah air yang pascatradisional dengan masyarakatnya yang masih bersifat tradisional, ditambah dengan dualisme yang berorientasi pada sektor bisnis dan industri di satu pihak dan berorintasi pada pasar yang masih tradisional dan selaku negara yang baru berkembang, jelas memrlukan Konsep Manajemen Pembangunan khas Indonesia. Konsep tersebut berupa kombinasi dari:
Ilmu manajemen modern yang universal,
Dipadukan dengan faktor-faktor yang “nonmanajemen”, yaitu filsafat hidup, norma, nilai, cita-cita, kebudayaan, dan realitas hidup sekarang dari bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, perlu dikmbangkan ilmu manajemen pembangunan masyarakat Indonesia dan ilmu kepemimpinan berdasarkan Pancasila, yang dikombinasikan dengan manajemen modern berasal dari barat.

Total Tayangan Halaman

Ardi Helmi Putra. Diberdayakan oleh Blogger.