BAB 7
PEMIMPIN DAN KOMUNIKASI
PENGANTAR
Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi (perusahaan, kesatuan, jawatan, dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun yang informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara horizontal maupun secara vertikal, ke atas dan ke bawah.
Komunikasi ialah arus informasi dan emosi-emosi yang terdapat dalam masyarakat yang berlangsung secara vertikal (atas-bawah, vice-versa) maupun secara horizontal. Dapat berarti pula perhubungan atau persambungan wahana / sarana-sarana.
Teknik komunikasi ialah tata cara hubungan yang efisien baik melalui penggunaan alat-alat komunikasi maupun tidak dengan semua unsur yang saling melibatkan diri dalam satu unit sosial. Dalam teknik komunikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Manfaat komunikasi (khususnya bagi satu organisasi)
Menghubungkan semua unsur yang melakukan interelasi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antarsesama.
Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional yang efisien.
Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut memilki, serta sense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari satu kelompok.
Memunculkan saling pngertian dan saling menghargai tugas masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan espirit de corps semangat korps).
Arus komunikasi, ialah penyaluran segenap informasi, emosi, dan keinginan yang menyangkut semua unsur, tugas pekerjaan, dan relasi-relasi pribadi atau personal. Arus komunikasi ditujukan pada:
Penyampaian berita atau pengetahuan mengenai komando, rencana, pelaksanaan, faktor-faktor penunjang, dan penghambat tugas pekerjaan dan supervisi.
Mengantar informasi mengenai pendapat, perasaan atau emosi-emosi, kehendal, hasrat, dan aspirasi seluruh anggota, dari staf pimpinan sampai bawahan, vise versa. Timbullah arus emosi-emosi atau flow of emotions.
Arus informasi dan emosi ini bisa berlangsung sebagai berikut:
Vertikal (arus vertikal) dari atas ke bawah, dari bawah ke atas
Horizontal (arus horizontal), yaitu interelasi di antara eselon-eselon yang sederajat
Kombinasi vertikal-horizontal, yaitu antarrelasi di antara semua unsur di dalam organisasi
Kualitas arus ini dapat dibagi pula atas:
Cepat atau lambat arusnya
Lama atau tidak lama berlangsungnya arus komunikasi
Kuat atau lemahnya arus komunikasi
Kebijakan komunikasi (diterapkan demi peningkatan arus komunikasi), meliputi:
Hierarki nilai dan pentingnya informasi.
Informasi parsial atau bagian demi bagian.
Informasi dengan penjelasan sampai detail-detailnya, atau informasi secara garis besar saja.
Perlu diperhatikan alasan dan tujuan-tujuan khusus dari komunikasi.
Jaringan-jaringan informasi perlu ditegakkan, agar arus informasi tersalur samp[ai kepada semua sasaran yang dituju.
Jalur supervisi dan kontrol yang melembaga.
Pemanfaatan jalur-jalur tidak resmi.
Tipe dan persyaratan komunikasi.
Bentuk-bentuk komunikasi.
TIPE DAN PERSYARATAN KOMUNIKASI
Syarat-syarat komunikasi yang memungkinkan atau bersifat permisif, yaitu:
Dalam suasana yang bebas, gembira, tanpa tekanan-tekanan tertentu, pemimpin menerima individu lain tanpa prasangka dan dengan lapang dada.
Pemimpin menghargai kelebihan orang lain dan memahami serta memaafkan kelemahan masing-masing orang.
Ia bersedia mendengar pendapat orang lain tanpa penilaian dan prasangka-prasangka tertentu dan mampu ikut merasakan kehidupan orang lain.
Tipe atau bentuk-bentuk komunikasi. Leonard R. Sayles dan George Strauss, dalam bukunya “Human Behaviour in OrganizationI” mengemukakan beberapa tipe komunikasi, sebagai berikut:
Tipe lain ialah:
Komunikasi searah, dan
Komunikasi dua arah
Selanjutnya, keberhasilan kepemimpinan itu bergantung pada kemampuan pemimpin menjabarkan kebijakan organisasi dan ide-ide sendiri ke dalam pengertian-pengertian praktis, yang bisa dipahami dan dapat dilaksanakan oleh para pengikut dan bawahannya. Maka ada dua bentuk komunikasi dalam kepemimpinan organisasi, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Keuntungan dari komunikasi searah, antara lain:
Dapat berlangsung cepat dan efisien, berlangsung top-down.
Dapat melindungi pemimpin, sehingga orang atau para pengikut tidak dapat melihat dan menilai kesalahan-kesalahan dan kelemahan pemimpin.
Kepemimpinannya bersifat otoriter.
Dapat menimbulkan ketidakjelasan, salah paham, penafsiran yang keliru, sentimen, dan banyak ketegangan.
Selanjutnya, keuntungan dari komunikasi dua arah, antara lain:
Semua perintah dapat diterima dengan lebih akurat, karena dapat ditanyakan dan didiskusikan apabila pesan-pesan yang diberikan kurang dapat dimengerti.
Bisa dikurangi salah paham dan salah interpretasi.
Suasananya lebih demokratis.
Sebaliknya, kelemahan dari komunikasi dua arah, antara lain:
Komunikasi dan kepatuhan berlangsung lebih lambat.
Kemungkinan besar muncul sikap “menyerang” pada pengikut/anak buah dan terdapat sikap bertahan pada diri pemimpin.
Setiap saat bisa timbul masalah-masalah baru yang tidak terduga dengan adanya dialog terbuka.
Komunikasi yang tidak lancar dapat menimbulkan banyak dampak buruk, antara lain:
Timbulnya sentimen-sentimen, prasangka-prasangka, dan ketegangan-ketegangan di kalangan para anggota organisasi.
Memunculkan konflik-konflik di antara bermacam-macam tingkatan dalam organisasi garis atau organisasi model piramida.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka aktivitas pengambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam manajemen, namun juga merupakan usaha yang paling penting bagi pimpinan. Dalam pengambilan keputusan tersebut tercakup kemahiran menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternatif jawaban atau pemecahan masalah. Selanjutnya karena dibebani oleh tanggung jawab etis, maka mrupakan tugas yang cukup berat untuk memastikan satu keputusan ditengah situasi yang tidak menentu, yang belum dikenal sebelumnya, atau yang sering muncul dngan mendadak.
H. A. Simon dalam bukunya Administrative bhaviour 1947, mengemukakan tiga proses dalam pngambilan keputusan, yaitu:
Intelegence activity, yaitu pross penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan yang inteligent.
Design activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan menganalisis kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut, jadi ada perencanaan pola kegiatan
Choice activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatif atau kemungkinan pemecahan.
Untuk sampai pada satu keputusan, manusia menggunakan nam cara, yaitu:
Memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Memohon restu dan petunjuk dari orang-orang bijaksana.
Mendasarkan diri pada firasat dan intuisi sendiri.
Menggunakan akal sehat atau common sense.
Melandaskan diri pada daya pikir yang logis.
Menggunakan cara-cara penyelesaian ilmiah.
Enam cara ini diterapkan secara tunggal murni, akan tetapi sringkali orang menggunakan kombinasi dari beberapa atau keenam cara tersebut. Bagan pengambilan keputusan itu dapat digambarkan sebagai berikut:
KETERAMPILAN BERDISKUSI
Kemampuan berdiskusi dengan baik merupakan salah satu persyaratan yang mutlak perlu bagi setiap unsur pimpinan. Sebab, diskusi merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan atasan, semua kolga, dan bawahan, untuk memecahkan permasalahan.
Manfaat diskusi ialah:
Karena luasnya materi dan persoalan yang harus dihadapi, diskusi dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan, perincian masalah, memperlebar sudut pandang dan ruang lingkup permasalahn serta memperluas cakrawala kemungkinan-kemungkinan pemecahan.
Ada pendekatan multidisipliner, multidimensional, berpikir secara kooperatif, dan akumulasi dari ide-ide yang konstruktif, disertai kejernihan pengertian dan kejelasan yang lebih gamblang.
Melalui diskusi, orang dapat meningkatkan proses pengendapan permasalahan ada proses internalisasi. Juga terdapat refleksi atau perenungan pemikiran kembali berdasarkan wawasan baru segala sesuatu yang pernah didengar, dilihat, dan dipahami sebelumnya.
Pembentukan kepribadian menjadi lebih kaya dan lebih matang.
Tujuan berdiskusi ialah:
Untuk memikirkan beberapa alternatif kemungkinan pemecahan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Untuk mendapatkan informasi dan data selengkap mungkin dan memikirkan cara penyelesaian masalah seefisien mungkin.
Sehubungan dengan semua itu, pelaksanaan diskusi harus berlangsung dengan tertib, teratur, crmat, disertai kebersamaan dan partisipasi berpikir, untuk memprjelas dan memecahkan masalah.
BAB 8
REKAPITULASI TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
PENGANTAR
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. Maka pemimpin itu harus mahir mlaksanakan kepemimpinannya jika dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya.
Pemimpin juga harus mengenal dengan baik sifat-sifat pribadi para pengikutnya dan mampu menggerakkan semua potensi dan tenaga anak buahnya seoptimal mungkin dalam setiap gerak usaha demi suksesnya organisasi. Juga bisa mengembangkan dan memajukan penganutnya menuju pada progres dan kesejahteraan. Dngan begitu anak buah akan menjadi patuh dan secara sukarela serta sadar bersedia bekerja keras menggapai sasaran-sasaran yang sudah ditentukan. Bila perlu bersedia mengorbankan harta benda, raga, dan nyawa sekalipun demi mencapai kebahagiaan bersama.
REKAPITULASI TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
Rekapitulasi dari tugas-tugas pemimpin yang bisa dibedakan dari tugas anggota biasa ialah sebagai berikut:
Dalam perurutan waktu yang relatif menjadi semakin pendek, kualitas pekerja dan juga pemimpin mengandung banyak sekali dimensi inovasi dan perubahan-perubahan serba cepat yang menjadi semakin dipercepat pada zaman modern.
Pemimpin harus mampu menyusun kebijakan yang bijaksana dan mampu mengadakan seleksi secara cermat tepat dari banyak alternatif, jadi memiliki kemampuan penentuan keputusan yang tepat.
Jika tugas anggota lebih banyak statis, lebih banyak pasif dan patuh mengikuti, maka tugas pemimpin sifatnya dinamis, kreatif, inovatif, unik, lentur, luwes, dan tidak banyak dibatasi oleh standar serta norma-norma ketat.
Pemimpin harus bisa menerjemahkan atau menjabarkan ide-ide, konsep, dan kebijakan organisasi dalam bahasa aksi, yaitu dalam bentuk perintah, komando, dan instruksi-instruksi yang jelas, sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan oelh segenap anggota kelompok.
Pada struktur piramida, pemimpin tertinggi mempunyai kewibawaan tertinggi, kekuasaan paling besar, dan pertanggungjawaban yang paling berat, sekaligus memikul resiko yang paling besar.
Pemimpin harus sanggup berpikir kreatif, orisinil, otentik, dan futuristik. Dia akan banyak menyadarkan aktivitasnya pada daya imaginasi sendiri sehingga dia bisa kreatif.
Disamping memiliki kekuasaan dan kewibawaan, pemimpin harus mampu membangun sikap kooperatif dan partisipatif pada setiap pngikutnya, agar mereka bersedia memberikan kontribusi sebesar-besarnya kepada organisasi.
Oleh kekuasaan dan kewibawaannya, pemimpin juga berfungsi sebagai juri dan hakim bagi segala konvensi dan permainan organisasi. Karena itu dia memikul tanggung jawab moril yang lebih besar dari pada anggota biasa, agar dia mampu menjamin proses humanisasi dan keadilan dalam organisasi.
Seni kpemimpinan juga mencakup keseimbangan antara pelaksanaan tugas-tugas rutin dengan kegiatan-kegiatan inovatif dan kreatif dalam wujud penerapan sistem kerja baru, perbaikan, dan revisi.
Tugas pemimpin yang paling sulit ialah pengambilan keputusan, yang memungkinkan berlangsungnya semua kerangka kerja secara efektif dan efisien. Sekaligus juga menyambung empat fungsi manajerial, yaitu merencanakan, mengorganisir, menuntun, dan menilai atau memberikan evaluasi.
Tugas kepemimpinan merupakan tugas yang berat, karena dibebani tanggung jawab etis/moril untuk memutuskan satu seleksi dan keputusan di tengah-tengah macam-macam peristiwa yang tidak pasti, belum dikenal, dan muncul secara mendadak atau secara tidak terduga-duga.
Sehubung dengan semua itu, unsur pertentangan dan posisi menjadi persyaratan yang tidak dapat ditiadakan dalam masyarakat modern melalui konflik-konflik interorganisasi dan antarorganisasi yang harus dapat diselesaikan lewat manajemen konflik oleh pemimpin.
Dengan begitu kpemimpinan merupakan segmen/bagian penting dari organisasi dalam mana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi-fungsi yang berbeda yang harus dilaksanakan secara serentak dan serasi. Jadi ada perbedaan peranan atau tugas bagi stiap individu dalam organisasi yang menentukan adanya kepemimpinan.
BAB 9
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DETERMINAN DAN KEKUATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMIMPINAN
PENGANTAR
Usaha serentak dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan bersama, disebut manajemen. Maka manusia modern dengan segala macam aktivitas kooperatif yang terencana itu sangat berkepentingan dengan manajemen. Selanjutnya setiap manajemen membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan. Tanpa hal ini, organisasi dan manajemen jadi kacau dan tujuan tidak akan tercapai. Manajemen adalah inti dari administrasi, sedangkan kepemimpinan adalah inti dari manajemen. Analog dengan ini, kepemimpinan merupakan inti baik dari manajemen maupun dari administrasi yang dikelola oleh manusia.
MANAJEMEN DAN PEMIMPIN
Susunan hubungan antara individu, organisasi, manajemen, dan pemimpin adalah sebagai berikut:
Beberapa orang berkumpul dan saling berkomunikasi.
Mereka mengikatkan diri dalam suatu organisasi untuk saling membantu dan melakukan usaha kooperatif guna mencapai suatu tujuan atau sasaran tertentu.
Organisasi ini dibantu dan dilengkapi dengan bermacam-macam sumber dan sarana.
Berlangsunglah proses kegiatan kerja sama. Karena itu diperlukan kegiatan manajemen.
Berlangsung ketertiban dalam organisasi, pengaturan/regulasi tugas-tugas dan cara kerja. Maka usaha mengatur dan mengurus semua sumber daya manusia dan sumber materiil itu disebut manajemen.
Pengorganisasian dan manajemen dari semua sumber agar berdayaguna dan berhasil dalam pencapaian sasaran, disebut sebagai administrasi, yang dilakukan dengan pengarahan dan pimpinan.
Agar kelompok tetap bekerja teratur dan berlangsung pengarahan serta pimpinan, perlu adanya pimpinan dan kepemimpinan.
Pemimpin dan kepemimpinan berkaitan erat dengan usahamanajemen bahkan menjadi unsur inti dari organisasi, manajemen, dan administrasi. Pada umumnya, pengertian manajemen itu lebih diperjels dengan bermacam-macam fungsi manajemen. G. R. Terry misalnya, berpendapat bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi empat peristiwa yang disingkat dengan POAC, yaitu:
Planning (perncanaan), adalah kegiatan menentukan sebelumnya sasaran yang ingin dicapai dan memikirkan cara serta sarana-sarana pencapaiannya.
Organizing (pengorganisasian), adalah pengurusan semua sumber dan tenaga yang ada dengan landasan konsepsi yang tepat dan penentuan masing-masing fungsi (persyaratan tugas, tata kerja, tanggung jawab, dan antarrelasi dari fungsi-fungsi), sehingga merupakan satu totalitas sistem, di mana bagian yang satu menunjang dan bergantung pada lainnya.
Actuating (penggerakan, aktualisasi), adalah kegiatan penggerakan, pengendalian semua sumber dalam usaha pencapaian sasaran. Merupakan penyatuan semua usaha dan penciptaan kerja sama sehingga tujuan dapat dicapai dengan lancar dan lebih efisien.
Control (pengawasan), adalah kegiatan yang dilaksanakan agar para pengikut dapat bekerja sama dengan baik ke arah pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan umum organisasi. Pengawasan dilakukan untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghindari penyimpangan-penyimpangan jika perlu segera melakukan tindakan-tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Funsi manajemen lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi atau penilaian. Penilaian adalah peninjauan kembali dan pengontrolan tugas agar semua tugas berlangsung dengan tepat sesuai dengan norma dan standar yang sudah digariskan dalam perencanaan.
DETERMINAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMIMPINAN
Agar kepemimpinan menjadi operasional, perlu ada tiga determinan kepemimpinan, yaitu:
Faktor Orang atau Pribadi
Konsepsi kepemimpinan pada umumnya memusatkan perhatian kepada kepribadian pemimpin dengan kualitas-kualitas yang unggul. Beberapa abad yang lalu orang beranggapan, bahwa raja-raja dan kaum bangsawan memilki hak mutlak untuk menjadi penguasa. Dengan begitu kepemimpinan mereka merupakan “hak waris”. Juga teori orang besar dengan sifat-sifat unggulnya, pada masa sekarang sudah tidak banyak dianut orang. Sebab, berdasarkan pengalaman, kemudian ternyata bahwa individu itu justru memilki sifat-sifat pribadi yang membantu atau justru yang menghalang-halangi tugasnya sebagai pemimpin.
Faktor Posisi
Seorang pemimpin itu tidak pernah bekerja dalam ruang vakum, akan tetapi dia selalu ada dalam suatu lingkungan sosial. Jadi ia mempunyai satu posisi atau kedudukan sehubungan dengan fungsi dan tugas atau pekerjaannya. Selanjutnya individu pemimpin selalu memilki semacam citra atau gambaran mengenai perilaku sendiri, yaitu hal-hal yang harus dilakukan dalam posisi tertentu. Citra atau gambaran sedemikian ini disebut “konsep peranan”.
Faktor Situasi/Tempat
Situasi khusus selalul membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus pula. Sifat-sifat pemimpinnya yang harus sesuai atau pas dengan kebutuhan kelompok yang bersangkutan dan cocok dengan situasi, tempat, serta zamannya.
Selanjutnya setiap pemimpin dengan kelebihan, kekuasaan, dan kewibawaannya itu selalu memiliki kekuatan. John French dan Bertram Raven mengemukakan suatu krangka kekuatan berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan, yaitu:
Kekuatan (coersive power)
Dalam hal ini pemimpin yang bersangkutan mengandalkan kekuasaan pribadinya untuk memaksakan keinginan kepada para pengikutnya.
Kekuatan via pemberian penghargaan (reward power)
Para pengikutyang bertingkah laku sesuai dengan norma-norma dan keinginan pemimpin, diberi penghargaan dalam wujud material atau nonmaterial tertentu.
Kekuatan karena pengesahan (legitimate power)
Kekuatan ini diperoleh melalui posisi “supervisor” di dalam organisasi yang bersangkutan. Legitimasi atau pengesahan disebabkan oleh posisinya yang sah.
Kekuatan olh pemilikan suatu keahlian (expert power)
Kekuatan ini muncul karena pemimpin memilki keterampilan teknis dan sosial, pengetahuan, pengalaman, dan kahlian khusus.
Kekuatan karenapenyamanan diri dengan orang yang di kagumi (identification power)
Kekuatan ini didasarkan atas dorongan identifikasi atau keinginan penyamaan diri dari para pengikut dengan pemimpin yang dikagumi dan dihargainya.
Ketiga macam kekuatan yang disebutkan paling dahulu merupakan kekuatan yang dikaitkan dengan faktor-faktor organisatoris. Sedangkan kedua macam kekuatan terakhir dikaitkan dengan faktor individual.
KONSEP MANAJEMEN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Pemimpin dan kepemimpinan adalah inti dari manajemen (dan administrasi). Maka pemimpin dan kepemimpinan yang tepat untuk kodisi di tanah air kita akan erat berkaitan dengan Konsep Manajemen Indonesia yang cocok dengan situasi kondisi di Indonesia. Inti manajemen adalah koordinasi sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber tenaga alam seproduktif mungkin demi kesejahteraan hidup bersama. Dalam upaya sedemikian itu manajer sebagai pemimpin bertugas untuk mengendalikan dan memimpin organisasi dengan segala kegiatannya, dan memakai saran serta metode kerja paling tepat dengan prosedur yang paling efisien.
Untuk mencerdaskan sumber daya manusianya dan untuk mengolah sumber daya alam, Indonesia memang tidak mnolak sistem pendidikan dan teknologi mutakhir dari barat. Namun yang menjadi pertimbangan selanjutnya ialah pengaruh-pengaruh barat itu jangan sampai mnghapus nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan tidak mengorbankan jati diri bangsa kita sendiri. Karena itu diperlukan manajemen pembangunan yang sesuai dengan kondisi ekologis tanah air dan pas dengan politik serta ideologi ngara kita, juga cocok dengan way of life (cara hidup) bangsa Indonesia.
Kondisi tanah air yang pascatradisional dengan masyarakatnya yang masih bersifat tradisional, ditambah dengan dualisme yang berorientasi pada sektor bisnis dan industri di satu pihak dan berorintasi pada pasar yang masih tradisional dan selaku negara yang baru berkembang, jelas memrlukan Konsep Manajemen Pembangunan khas Indonesia. Konsep tersebut berupa kombinasi dari:
Ilmu manajemen modern yang universal,
Dipadukan dengan faktor-faktor yang “nonmanajemen”, yaitu filsafat hidup, norma, nilai, cita-cita, kebudayaan, dan realitas hidup sekarang dari bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, perlu dikmbangkan ilmu manajemen pembangunan masyarakat Indonesia dan ilmu kepemimpinan berdasarkan Pancasila, yang dikombinasikan dengan manajemen modern berasal dari barat.